Seiring waktu, Diumurnya
yang hampir masuk 25 tahun, langkah kehidupan Zaki perlahan berubah, hari hari
yang ia lalui terasa amat pahit. Dulu hidupnya serba ada, mau apa tinggal beli,
kepingin ini itu tinggal minta uang sama ibunya. Maklum saja, Zaki anak semata
wayang. Sekarang, roda kehidupannya berubah drastis, terbalik diputar tingkah
laku ayahnya yang melakukan sabotase proyek.
Dulunya, ayah Zaki adalah
seorang yang sangat tegas. Dengan memegang prinsip islami, hidup mereka
dipenuhi suasana agamis. Tetapi semenjak perusahaan milik ayahnya dipercayakan
menangani proyek besar tahun itu. Iman ayahnya mulai goyah. Ayah Zaki sering
kali menyabotase urusan proyek demi meraup keuntungan lebih. Dan naas, akhirnya
ketahuan.
Semenjak ayah Zaki di
penjara, perusahaan mereka pun ikut bangkrut. Ironisnya Zaki tidak pernah
sekali pun menjenguk ayahnya dipenjara. Zaki belum bisa menerima kenyataan.
Semua cerita kejadian ini ia dengar dari ibunya, karena dari kecil, ia tidak
mau tahu dari mana datangnya semua kemewahan itu. Dan yang ia dengar dari
ibunya, ayahnya dihukum enam bulan penjara. Semenjak itulah Zaki yang menjadi
tulang punggung keluarga.
*****
Singkat cerita, Mulai
saat itu, Zaki dan ibunya saling bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
sebab, harta mereka semuanya ludes disita dan mereka terpaksa pindah kerumah
sewa yang kecil dan sangat sederhana. Zaki bekerja semrautan. Ibunya terpaksa
bekerja jadi pembantu dirumah teman ayahnya. Dan demi membiayai skripsi
kuliahnya. Zaki terpaksa harus bekerja tambahan di kafe temannya
.Hari demi hari pun
berlalu, kuliahnya pun telah selesai. Dan Sifat manja Zaki pun perlahan mulai
berubah.
Suatu ketika, Saat itu
Zaki baru pulang kerja dari kafe. Ia lihat jam ditangannya, sudah jam
sepuluh malam, “ibu kok belum pulang ya.” suara batinnya.
Tiba-tiba. “Tok.tok..tok..“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam..” jawab Zaki.
Ia lihat, ternyata ibunya. Ibunya pun tersenyum, tapi
senyum manis ibunya itu, tidak bisa menghilangkan guratan kelelahan yang tampak
di wajahnya.
“Bu.. Zaki mau ngomong, tapi biar Zaki buatkan teh hangat dulu
ya..
“Mau bicarakan apa Ki, kok kayaknya penting banget..” jawab
ibunya santai.
“Bigini bu, Zaki kan sudah lulus kuliah. Rencananya besok Zaki
mau cari kerja tambahan. Agar ibu tidak usah lagi bekerja jadi pembantu. Biar
Zaki saja yang kerja. ibu istirahat aja dirumah ya..” jelas ku pada ibu.
Ia tatap wajah ibunya. Ada guratan haru yang tampak dari kedua
mata ibunya yang berkaca-kaca.
“Alhamdulillah… ternyata anak ibu sudah berubah. Tapi Zaki mau
kerja apa.?
“Terserahlah bu.. apa yang diberikan Allah nantinya. Yang
penting kita usaha dulu.. Soalnya, Zaki tidak tahan melihat ibu pagi-pagi
buta sudah pergi dan malamnya baru pulang.. jawabnya.
Ia lihat mata ibunya. Ternyata air mata ibunya tak terbendung
lagi. Tiba-tiba ibunya memeluk Zaki..
“Ki… kalau ayahmu tahu, ia pasti bangga denganmu..
“Sudahlah bu… Zaki kan udah besar. Biar Zaki yang gantikan tugas
ayah.”
Ibunya menatap dalam wajah anaknya itu. Tangannya yang lembut
memegang kedua pipi Zaki dengan hanyut terbawa haru.
Keesokan harinya. Dia berangkat dengan restu ibunya. Ia langkahkan kedua
kakinya dengan semangat. Saat jumpa suatu perusahaan. Ia langsung masuki dan
mencoba melamar kerja. Tapi gayung belum bersambut. Ia ditolak. Dan begitu juga
selanjutnya. Ia terus mencoba tapi tetap dengan jawaban yang sama.
Tak terasa, hari pun
berganti semakin terik. Keringat ditubuhnya hampir-hampir membasahi pakaiannya.
Saat ia duduk dihalte bis untuk istirahat sejenak, terdengar dari kejauhan
suara azan zhuhur berkumandang ditengah hiruk pikuk kota.
Akhirnya ia putuskan untuk menghadap sang
ilahi dahulu sebelum melanjutkan usahanya lagi. Usai sholat, ia bersimpuh dan
bermunajat kepada sang Ilahi. Lalu ia kembali menyusuri satu persatu perusahaan
yang ada. Tapi tetap dengan jawaban yang sama pula yakni tidak menerima
lowongan.
“Rasanya sudah dua belas
perusahaan yang aku masuki, tapi tak ada satu pun yang menerima lowongan. “Ya.
Rabb.. Bantu aku ya rabb…” rintih batinnya.
Saat melintasi gedung
bertingkat yang lebih dari sepuluh lantai. Ia melihat tulisan “Lestari Group”
Sebenarnya ia sudah hampir menyerah, dan berniat hendak pulang kerumah. Tetapi
batinnya menolak. Dan akhirnya ia putuskan untuk mencoba memasuki gedung itu
dan melamar.
“Permisi Mbak… mau nanya, ruang personalianya
dimana ya… tanya Zaki kepada gadis yang sibuk bersih-bersihkan kaca gedung itu.
Saat gadis itu
membalikkan tubuhnya dan menatap kepada Zaki. Tiba-tiba hati Zaki bergetar dan
matanya pun tak berkedip memandangnya. “Sungguh mempesona..” Desah batinnya.
“Oh maaf.. mas masuk aja… Ntar tanya aja ke resepsionisnya..
Maaf ya mas, saya lagi sibuk.
“Oh tak apa.. makasih ya..” jawabnya dengan hati berbunga.
“Sungguh halus budinya.” Desah batinnya lagi.
Sambil masih menatap gadis itu. Zaki pun masuk. Sesampainya di
resepsionis. ia kembali teringat dengan gadis yang didepan tadi. Jiwanya hanyut
dibawa aroma pandangan pertama.
“Maaf mas, ada yang bisa kami bantu?.” Tanya petugas membuyarkan lamunannya.
“Oh Maaf pak.. begini pak, saya mau ngajukan lamaran kerja pak..
apakah masih ada lowongan pak.. tanyanya sambil menyodorkan map yang ia pegang.”
apakah masih ada lowongan pak.. tanyanya sambil menyodorkan map yang ia pegang.”
“Oh maaf mas… disini lagi tidak menerima lowongan. Maaf mas ya…”
“Tapi pak… kerja apa saja saya mau kok pak..”
“Iya mas… tapi disini semuanya lagi penuh.. maaf ya mas..”
“Iyalah... terima kasih pak.. permisi..” jawabnya kecewa.
Hatinya kembali hancur..
dadanya pun sudah berulang kali sesak menahan sabar satu hari itu. rasanya ia
ingin pulang saja, ingin rasanya ia curhat pada ibunya. saat ia hendak
melangkahkan kaki keluar. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya.
“Mas..mas..” Rupanya bapak yang tadi. Bapak itu mengatakan aku
bisa bekerja di perusahaan itu. tapi hanya bisa menjadi petugas cleaning servis.
Karena ada satu orang petugas cleaning servis yang mengundurkan diri hari itu,
katanya.
“Bagaimana mas… mau..?” tanya bapak itu.
“Iyalah.. saya mau.. yang penting halal pak..”
Aku pun bergegas pulang. Untuk menceritakan ini pada ibu. Saat
kukatakan aku menjadi cleaning servis, mata ibu agak berkaca-kaca.
Tiba-tiba ibunya bertanya. Dan ada guratan kegelisahan yang
tampak dari wajah ibunya itu.
“Dimana kamu akan kerja nak…?
“Di perusahaan Lestari Group bu”, Jawabnya.
“Lestari Group?” ucap ibunya heran.
“Iya bu.. yang dijalan Yos Sudarso itu
Sepertinya ada hal yang dirahasiakan ibunya. wajah ibunya
langsung terlihat bingung. Sikap
ibunya pun agak salah tingkah.
“Kenapa bu..?” tanya Zaki.
“Oh.. tidak ada apa-apa kok.” Baguslah.. Jawab ibunya terbata-bata..
*****
Singkat cerita, Zaki pun
bekerja menjadi cleaning servis. Ia lalui hari demi hari dengan sangat sibuk.
Dari pagi hingga sore ia kerja jadi cleaning servis dan bila badannya fit,
malamnya ia kerja dikafe temannya untuk cari tambahan.
Ditempat kerja, akhirnya
ia bisa kenalan dengan gadis yang memikat hatinya saat melamar dulu. Karena
satu profesi, ia pun saling dekat dan mengenal akrab dengannya. Nama gadis itu
Dina. Lama kelamaan, rasa cinta dihatinya semakin tumbuh bersemi, tetapi
rasa itu ia pendam dulu untuk sementara. Karena ia rasa, ia belum mampu untuk
berhubungan dengan wanita dengan kondisi pekerjaan seperti itu.
Suatu ketika, saat sedang asyik mengepel keramik di depan
resepsionis, ia dikejutkan dengan kehadiran sosok wanita setengah baya. Yang
baru masuk dari pintu kaca kantor.
Ia melihat ibunya, tapi
ia heran dengan dandanan ibunya. Ibunya terlihat rapi. Sama seperti gaya ibunya
saat hidup mereka jaya dulu. Wajah ibunya pun semakin terlihat cantik dengan
gaun seperti itu. Ia bingung, ada hal apa ibunya datang ketempat kerjanya
dengan dandanan seperti itu.
Saat berpapasan wajah.
Ibunya berhenti dan terlihat gugup. Tapi tingkahnya tetap tenang. Kami berdua
berdiri agak lama dan saling menatap.
“Ibu…?” kamu ibuku kan ?” sapanya heran.
Tiba-tiba pengawas kantor datang memarahinya dan menyuruh Zaki
tidak berlaku lancang. Dan memerintahkan Zaki untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Maaf bu… ini petugas baru.. ia belum kenal.” jelas pengawas
pada ibunya.
“Pak.. bapak kenal dengan ibu saya..? tanyanya bingung.
“Tak apa pak.. biarkan kami berdua.” Jawab ibunya.
zaki bingung. Kenapa pengawas bisa kenal dengan ibunya.
Sepertinya ada hal yang ia tak mengerti. Ada sesuatu yang jauh dari jangkauan
pikirannya.
Belum ada kata yang keluar bibir ibunya. Tiba-tiba ibunya
mengambil hp dari tas cantiknya. Dan menelpon dengan seseorang. Ia bertambah
bingung melihat ibunya mempunyai hp.
“Yah..! Ibu di bawah.. Ibu lagi sama Zaki nih. Kita selesaikan
saja ya yah..” ucap ibunya di ponsel.
Kepala Zaki menggunung dengan kebingungan.
“Ayah…? dan apa yang diselesaikan..?“ tanyanya dalam hati.
Zaki bertambah kaget melihat semua karyawan berkumpul dan
menatap sosok lelaki setengah baya yang baru keluar dari lift.
“Ayaaaah……?” Zaki kaget.
“Ia anakku.. ini ayah.” sambut ayahnya.
“Loh kok..” suara Zaki terhenti saat ayahnya memeluk dengan
haru.
“Zaki anakku.. Ayah rindu padamu. Maafkan ayah ya… Ayah dan ibu
terpaksa melakukan semua rekayasa ini.” Ini semua demi masa depanmu. Dan demi
masa depan perusahaan ini, juga demi masa depan semua karyawan yang ada
disini.” Jelas ayahnya tenang.
Ia coba menebak apa yang terjadi. Ia lepaskan pelukan ayahnya
dan ditatapnya wajah ayah dan ibunya.
Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum bangga. Ia lihat semua
mata yang ada disitu tertuju pada mereka. Termasuk Dina gadis pujaan hatinya.
“Ada apa ini yah… bu..? tanyanya heran bercampur haru.
“Nanti ayah jelaskan semuanya. Yang jelas ayah lihat, Zaki
sekarang sudah jauh berbeda dengan Zaki yang dulu. Ayah bangga padamu. Kamulah satu-satunya
harapan ayah untuk meneruskan perusahaan ini. Dan inilah cara ayah dan ibu
untuk menciptakan rasa tanggung jawabmu dan juga merubah sifat manjamu.” Jelas
ayahnya sambil memeluk Zaki kembali dengan erat.
Akhirnya Zaki pun mengerti dengan semua ini. Yang ia rasakan
saat itu cuma perasaan bahagia yang meluap. Ia pun bergegas bersujud syukur
pada sang ilahi… ALLAHU AKBAR….
keren.keren,
BalasHapusbuat sendiri atau copas,gadis kecil ?
wah kamu bg,,capek ni saya buat..
BalasHapus